Game horor biasanya hanya mengandalkan elemen ketakutan, namun Bandai Namco dan Supermassive Games menawarkan pendekatan berbeda dalam The Dark Pictures Anthology: Man of Medan. Mereka menghadirkan cerita yang kompleks dan misteri menarik untuk dipecahkan.
Pada artikel ini akan membahas game tersebut yang diluncurkan untuk mesin konsol Nintendo Switch. Rasanya cukup menarik memainkan game ini di konsol portabel sambil menikmati alur cerita menegangkan dan mengungkap misterinya. Penasaran dengan pengalaman bermainnya? Simak terus ulasan lengkapnya.
Story The Dark Pictures Anthology: Man of Medan
Game ini mengusung tema horor supernatural yang berlatar di Pasifik Selatan. Lima teman memulai perjalanan menyelam untuk liburan dengan tujuan menemukan bangkai kapal dari era Perang Dunia II. Namun saat hari bergulir, badai datang menghampiri, liburan mereka secara cepat dan merubah semuanya menjadi sesuatu yang mengerikan.
Versi The Dark Pictures Anthology: Man of Medan untuk Switch hadir dengan chapter tambahan berjudul “Flooded” serta mode permainan Curator’s Cut. Jadi, versi ini tidak hanya sekadar port, tetapi juga menawarkan cerita tambahan dan konten baru sebagai nilai tambah.
Kualitas Grafis
Sebagai game sinematik, Man of Medan sebenarnya memiliki grafis yang kurang menonjol. Hal ini tampak jelas baik saat bermain dalam mode handheld maupun docked. Beberapa karakter mengalami masalah pada tekstur rambut, membuat mereka terlihat hampir botak, dan terkadang mata mereka berubah putih secara tiba-tiba, sementara transisi animasi juga terasa kurang halus.
Lingkungan sekitarnya juga terkesan polos, dengan sedikit objek dan partikel yang biasanya dapat dilihat di versi PC atau konsol, terutama pada adegan di laut. Meski suasana dalam kapal hantu tetap menyeramkan seperti di platform lainnya, atmosfer mencekam tidak terasa begitu intens di sini.
Secara keseluruhan, grafisnya tampak seperti pengaturan sangat rendah yang mungkin dipilih jika menjalankan game ini di PC dengan spesifikasi minimal. Namun, hal ini cukup bisa dimaklumi, mengingat performa Nintendo Switch yang terbatas dan fokus pada optimalisasi framerate.
Performa
Versi Switch dari Man of Medan memiliki framerate yang dibatasi pada 24 FPS, bukan 30 FPS. Mengingat ini adalah game sinematik, bagi saya hal ini tidak terlalu berpengaruh. Dalam mode handheld, perbedaan framerate ini hampir tidak terasa, namun dalam mode docked, ada sedikit penurunan framerate meski tidak terlalu mencolok.
Namun, ada satu hal yang cukup mengganggu selama bermain: entah karena masalah pada Joy-Con atau game itu sendiri, kontrol karakter terasa sulit dan responsnya lambat. Saya harus menekan stik analog lebih keras dari biasanya untuk menggerakkan karakter di sekitar kapal hantu, yang cukup membuat frustrasi. Untungnya, elemen lain seperti sesi QTE tetap responsif.
Kesimpulan
The Dark Pictures Anthology: Man of Medan pada versi Switch mungkin tidak akan memuaskan pemain yang berharap kualitas setara dengan versi PC atau konsol. Terdapat penurunan visual yang terasa jelas, seperti tekstur dan animasi yang kurang halus, atmosfer yang tidak maksimal, serta framerate yang dibatasi pada 24 FPS.
Namun, keunggulan bermain di Switch adalah bisa menikmati game sinematik ini dengan lebih santai, sembari menikmati beragam konten yang tersedia. Apalagi, versi Switch menawarkan chapter tambahan dan mode permainan baru, memberikan nilai lebih bagi pengalaman Man of Medan di konsol ini.